Photos

3-tag:Photos-65px

Selasa, 21 September 2010

Lebih Jauh Soal Metanol yang Mematikan



Jakarta - Dalam sepekan terakhir ini, publik dibuat akrab dengan senyawa kimia metanol. Pemicunya tentu saja pemberitaan seputar kematian tiga teknisi pesawat Sukhoi asal Rusia, 13 September lalu.

Alexander Poltorak, Serge Voronin dan Victor Safonov tewas usai pesta minuman keras di mess Lanud TNI AU, Hassanuddin, Makassar. Di lokasi kejadian ditemukan belasan botol minuman keras dan obat-obatan.

Awalnya, ketiga teknisi tersebut diduga tewas akibat kebanyakan mengonsumsi minuman keras bermerk Vodka. Namun belakangan dikabarkan kalau ketiganya ternyata keracunan senyawa metanol.

Media cetak dan online belakangan melaporkan hasil pemeriksaan ini sebagai penyebab utama kematian ketiga korban. Pemberitaan yang tak kalah gencarnya juga dilakukan oleh media televisi.

Bahkan salah satu televisi berita sampai harus menghadirkan ahli forensik sebagai narasumbernya. Perbincangan mencoba menguak keberadaan metanol di dalam tubuh ketiga korban tewas tersebut.

Kasus seperti ini sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia. Di Salatiga beberapa waktu lalu 20 orang tewas dan puluhan lainnya masuk rumah sakit usai menenggak minuman keras oplosan.

Dan yang lebih menganggetkan, media kemudian melaporkan kalau minuman maut itu ternyata mengandung metanol 99%. Lantas apa sebenarnya metanol itu?

Metanol sebenarnya masih bersaudara dengan etanol-senyawa yang terdapat pada minuman keras yang dijual di pasaran. Keduanya sama-sama merupakan golongan alkohol dan memiliki banyak persamaan.

Ya, baik metanol dan etanol sama-sama berbentuk cair dan tidak berwarna. Keduanya juga memiliki sifat yang mudah menguap dan terbakar. Bila terbakar, keduanya akan menghasilkan karbon dioksida CO2 dan air (H20).

Dalam ilmu kimia, mentanol (metyl alkohol) merupakan senyawa paling sederhana dari alkohol. Senyawa ini memiliki satu ikatan -OH yang terikat pada molekul Carbon yang berikatan dengan tiga molekul Hidrogen (H).

Etanol sendiri memiliki rumus kimia C2H5HOH. Artinya rantai karbon yang terdapat pada etanol lebih panjang dari metanol. Etanol diperoleh dari fermentasi dari gula baik dari buah-buahan atau gandum.

Selain untuk dan digunakan juga untuk campuran minuman keras seperti bir, wine, brandy, vodka, sake, dan yang lainnya. Etanol produk dari reaksi organik tertua yang juga banyak digunakan dalam bidang kedokteran.

Untuk kebutuhan industri, etanol juga biasa diperoleh dari reaksi samping pengilangan minyak bumi. Etanol seperti ini biasanya digunakan sebagai pelarut bagi senyawa-senyawa lain.

Dalam bentuk murni, metanol dan etanol sebenarnya bisa dibedakan. Caranya dengan mendekatkan wadah dari kedua senyawa itu ke bagian mata kita. Uap dari metanol akan terasa perih, sedangkan etanol tidak.

Sejarah Metanol


Metanol sendiri awalnya dibuat destilasi kayu sehingga disebut juga sebagai alkohol kayu (wood alcohol). Di zaman mesir kuno, senyawa ini digunakan sebagai salah satu campuran bahan pengawet mayat.

Metanol murni baru ditemukan pada 1661 oleh Robert Boyle. Boyle mendestilasinya dari kayu buxus atau boxwood dan menamainya dengan spirit of box yang kemudian berubah menjadi pyroxylic spirit (spiritus)

Komposisi kimia spritus baru ditemukan pada tahun 1834. Ahli kimia asal Prancis, Jean-Baptiste Dumas dan Eugene Peligot memperkenalkan nama methylene yang diambil dari bahasa Yunani.

Methy yang artinya anggur. Dan ") hŷlē yang berarti kayu. Namun penamaan ini belakangan diketahui tenyata salah secara tata bahasa.

Pada 1923, dua ilmuwan asal Jerman Alwin Mittasch and Mathias Pier, berhasil membuat metanol dengan metode berbeda, yakni sintesis gas. Mereka mencampur gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dengan Hidrogen. Temuan ini kemudian dipatenkan pada 12 Januari 1926.

Dalam industri, metanol banyak dugunakan dalam pembuatan plastik, plywood, cat, peledak, dan sablon baju. Metanol juga bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

Sehari-hari senyawa ini juga mudah dijumpai. Biasanya metanol dipakai sebagai cairan pembersih, mulai dari kaca mobil, karburator, kuku, hingga bahan bakar lampu petromax atau akrab disebut spritus.

Senyawa metanol sendiri sangat beracun. Hal inilah yang membuat cairan spitus selalu diberi pewarna biru agar mudah membedakannya dengan etanol yang banyak dijual di pasar.

Berbagai sumber penelitian menyebutkan, mengonsumsi 10 ml metanol saja sudah dapat menyebabkan kebutaan. Sedangkan 30 ml berpotensi kematian meski dosis paling mematikan adalah antara 100-125 ml.

Metanol juga sangat mudah diserap oleh tubuh. Baik melalui mulut, kulit, maupun pernafasan. Di dalam hati (liver), metanol akan dioksidasi menjadi formaldehid (formalin) dengan bantuan enzim alcohol dehydrogenase.

Selanjutnya, senyawa baru ini akan dimetabolisir menjadi asam format oleh enzim formaldehid dehidrogenase. Senyawa asam format inilah yang nantinya menimbulkan efek toksik pada tubuh.

Ada cerita unik mengenai efek racun dari metanol. Beberapa negara di benua Eropa dan Amerika, memberlakukan pajak yang sangat tinggi untuk industri minuman keras yang notabene menghasilkan etanol.

Sistem ini dikenal sin tax (atau pajak dosa). Selain bisnis minuman keras, industri rumah judi dan prostitusi juga dikenakan sin tax.

Nah, etanol kan tidak hanya diproduksi untuk minuman keras. Banyak industri yang juga membutuhkan senyawa ini yang bila dikenakan sin tax bakal membuat harga jualnya melambung di pasaran.

Pemilik pabrik tentu tak mau kehilangan pelanggan. Sedangkan pemerintah tak ingin bisnis minuman keras semakin merajalela bila harus menghapus sistem sin tax tersebut.

Karena itu, dicarilah jalan tengah etanol bebas sin tax, namun bisnis minuman keras tetap bisa dikontrol. Nah, disinilah peran dari sifat racun metanol. Ya, senyawa ini pun digunakan untuk meracuni etanol industri.

Caranya dengan mencampur metanol dengan etanol yang akan digunakan oleh industri. Dengan demimikian, etanol tersebut tidak akan bisa dikonsumsi oleh para pecandu alkohol.

Campuran ini kemudian dikenal dengan nama denatured alcohol atau methylated spirit. Untuk membedakannya dengan etanol yang bisa diminum, campuran ini pun diberi pewarna-biasanya biru atau ungu.

Nah di Indonesia, para pengoplos minuman keras yang nakal juga tak jarang mencampur metanol dengan etanol. Harapannya agar minuman yang diproduksinya lebih 'nendang' alias memiliki kadar alkohol yang tinggi.

Tentu saja anggapan ini keliru. Karena senyawa metanol yang terdapat pada minumannya justru berpotensi membunuh pelanggan-pelanggannya.

Makanya, orang pintar minum etanol. Orang tolol minum metanol!

0 komentar:

Posting Komentar